SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - "Orang Baik itu, mendapat pengakuan dari orang lain. Bukan dengan congkak kita mengakui diri kita baik" Jun.

Menyimak keseluruhan debat kandidat Walikota dan Wakil Walikota Kota Tidore Kepulauan tahun 2020, kita sudah memberi takaran terhadap calon pemimpin mana yang benar-benar memahami keadaan bangsa ini.

Desas-desus "Kaco blao" sebelum hari H pelaksanaan debat marak bersama analisis "Koi ma alu" yang tidak berdasar mewarnai dinding media sosial. Entah tolak ukurnya apa?.

Desas-desus "kaco blao" yang setara dengan makna "blunder" tersebut dialamatkan kepada pasangan Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen (AMAN). Namun sepanjang debat berlangsung, apa yang dihembuskan itu tidak terjadi sama sekali. Bahkan, pasangan AMAN tampil maksimal dengan pengusaan materi, terutama penguasaan atas problematika dan persoalan yang dihadapi oleh Kota Tidore Kepulauan.

Hal ini terbukti dengan pemaparan-pemaparan Ali Ibrahim yang tepat sasaran dan penuh muatan pengembangan Kota Tikep kedepan. Selain itu, performa Muhammad Sinen dengan penegasan-penegasan yang apik dan kompleks memberikan nilai plus yang sangat luar biasa untuk mempengaruhi arah pilihan masyarakat.

Sampai disini, jika kita berbicara fakta dari debat tadi maka hal yang saya uraikan di atas adalah fakta pertamanya. Dan untuk  fakta kedua, dari debat kandidat yang hampir menghabiskan waktu 120 menit di Kompas TV sore tadi, menunjukkan bahwa ada sejumlah kepicikan yang sengaja dipicu oleh pasangan BAGUS dan Pasangan SALAMAT. 

Misalnya pada kesempatan tanya jawab antara wakil, dari pasangan BAGUS sengaja menghembuskab isu tentang Kelapa Genjah, Hotel Ibis, Padi Gogo dan Pabrik Sous Tomat untuk membangun opini kegagalan kepemimpinan AMAN Jilid I, namun oleh Muhammad Sinen isu itu dibelokkan dengan sempurna dan menjadi bumerang yang paling mematikan bagi pasangan BAGUS.

Perlu penulis  pertajam lagi,  bahwa yang disebut oleh pasangan BAGUS tersebut merupakan projek investasi yang direncanakan oleh pihak ketiga. Sehingga terlaksana tidaknya sangat bergantung pada subjektifitas pihak ketiga terhadap kondisi dan keadan Kota Tidore Kepulauan. Disini, pemerintahan AMAN bersama seluruh rakyat Tidore tentu mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa. Yakni manfaat pengembangan sektor industri, manfaat peluang lapangan kerja dan manfaat pemgembangan wilayah.

Sayangnya, anggota DPRD yang saat ini sebagiannya di BAGUS dan yang lainnya di SALAMAT dengan tegas menolak investasi tersebut dengan alasan yang tidak jelas. Artinya bahwa, jika ada pihak yang harus disalahkan maka anggota DPRD saat itulah yang menjadi pihak paling bersalah dalam hal ini. Kerena "kebutaan" mereka membaca peluang pengembangan daerah di kota yang sama-sama kita cintai ini. Dan hebatnya hal itu di pertegas oleh Muhammad Sinen dengan singkat, padat dan jelas.

Berikutnya, fakta ketiga terkait dengan isu tol laut. Dalam isu ini bisa dibilang, dengan sengaja pasangan BAGUS dan SALAMAT bersatu menyerang secara terbuka terhadap pasangan AMAN. Padahal isu ini merupakan spesifikasi dan keahlian dari Ali Ibrahim, sebab sepanjang karir Ali Ibrahim, dia percokol dalam dunia perhubungan laut. Belum lagi, cilakanya kedua pasangan penantang menyebutkan bahwa Tol laut tidak mendatangka kemajuan perekonomian Tidore. Hal ini oleh Ali Ibrahim, menganggap pasangan BAGUS dan SALAMAT tidak faham apa-apa soal Tol laut.

Jika dipertajam, pangan Kota Tidore Kepulauan masih tetap stabil di masa Pandemi Covid-19 merupakan contoh kecil dari dampak Tol Laut bagi masyarakat.

Mungkin karena Basri Salama dan Salahudin  beserta pasangan mereka masing-masing tidak berdomisili di Tidore, sehingga tidak tahu menahu soal keadan yang sebenar-benarnya di Tidore.

Sederhananya, kedua pasangan selain AMAN tidak kompoten berbicara soal Tol laut dan tidak punya base data untuk meriview Tol laut. Dengan begitu kedua pasangan ini semakin mempertegas kelayakan Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen untuk memimpin kembali Kota yang sama-sama kita cintai. 

Fakta Keempat, kapasitas Gayoba dipertanyakan. Sebab performa Gayoba yang tampil di tv nasional dengan "otak cangkok" (debat dengan nyontek teks), sudah menunjukkan ketidakmampuannya dalam memimpin kota Tidore kepulauan.

Fakta kelima, Basri hanya beretorika tanpa isi. Sejak pertama bicara, Basri hanya mengandalkan kemampuan retorisnya untuk membangun Tidore!.  Hampir semua yang direncanakan oleh Basri sudah ada upaya pelaksanaannya dilakukan oleh AMAN jilid I. Bahkan sejauh amatan saya, Basri tidak fokus dalam penyampaian visi misinya melainkan sangat agresif untuk menyerang petahana.  Artinya apa?dari debat itu kita dapat menyimpulkan bahwa Basri tidak punya niat untuk membangun Tidore, tapi berhasrat untuk berkuasa di Tidore. Padahal kita tidak mencari pengusa melainkan pemimpin. 

Hal ini berkaitan dengan fakta keenam, siap klaim "orang baik" demi dahaga kerakusannya terhadap jabatan, Basri menunjukkan sifat aslinya yang sangat "buruk". Sebab mengklaim diri sebagai orang baik dengan narasi sebelumnya yang sudah menjatuhkan orang lain. Merupakan hal paling licik dari cara menyembunyikan keburukan diri sendiri.

Sebab catatan pentingnya adalah semua orang punya salah dan hilaf. 

Fakta terakhir, debat dengan cara penantang menyerang Petahana adalah cara yang paling bodoh yang dilakukan oleh penantang. Sebab dengan cara itu Petahan dengan sangat mudah mengklarifikasinya, dan hal itu sudah dilakukan dengan baik oleh Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen. 

Kini rakyat sudah memahami ada apa di balik kelapa genjah, padi gogo dan sous tomat, maka tidak ada lagi alasan untuk tidak memilih AMAN. AMAN adalah pilihan terbaik di 9 Desember 2020  nanti demi kebaikan seluruh masyarakat Kota Tidore dalam bingkai Jang Folo. 

Mungkin ini sedikit catatan pentingnya. Mari kita merenung kembali agar tidak memilih pemimpin yang haus akan kekuasaan. [**]

*Oleh:  Mas Jun
Penulis merupakan  penggiat sosial


Tags
SHARE