SHARE

Ilustrasi (Net)

Perhatian pemerintah terhadap nasib anak-anak bangsa harus benar-benar tulus. Sebab, masa depan Indonesia tergantung dari kualitas anak-anak pada saat ini. Mereka lah penerus pembangunan bangsa.

CARAPANDANG.COM - Berbicara masa depan anak Indonesia terlihat masih kelam. Pasalnya, berdasarkan data yang publikasikan oleh WHO-UNICEF  dalam jurnal The Lancet menyebutkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak Indonesia masih jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa lain.

Berdasarkan peringkat yang dirilis WHO-UNICEF, indeks perkembangan anak yang menunjukan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia ada di peringkat 117 dari 180 negara yang diteliti. Indeks ini mengukur kesehatan dan kesejahteraan anak berdasarkan sejumlah faktor yang meliputi pertumbuhan anak, tingkat kelangsungan hidup anak, tahun sekolah, tingkat kelahiran remaja, kematian ibu, prevalensi kekerasan, serta pertumbuhan dan gizi.

Dan yang paling memprihatinkan, Indonesia berada jauh tertinggal dibanding negara- negara anggota ASEAN lainnya. Misalnya Singapura menduduki posisi 12 terbaik dunia, Malaysia berada di peringkat 44 dunia, Vietnam 58 dunia, dan Thailand 64 dunia. 

Dibanding dengan Filipina dan Kamboja  kita pun masih kalah. Filipina menempati peringkat 110 dunia, sementara Kamboja berada pada posisi 114 dunia.

Negara terbaik untuk indeks perkembangan anak adalah Norwegia, Korea Selatan, Belanda, Prancis, dan Irlandia yang menempati posisi 1-5 di dunia. Denmark, Jepang, Belgia, Islandia, dan Inggris bertengger di posisi 6-10 dunia.

Tamparan Bagi Pemerintah

Berangkat dari data tersebut ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah.  Masa, di usia kemerdekaan yang sudah masuk ke-74 tahun, soal kesejahteraan dan kesehatan anak masih jauh tertinggal dengan negara-negara anggota ASEAN yang kemerdekaan jauh sebelum Indonesia. Misalnya  Singapura menikmati kemerdekaan pada tahun 1965, dan Malaysia pada tahun 1957.

Padahal tujuan dari kemerdekaan bangsa ini menghadirkan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika fokus pada tujuan ini, seharusnya Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari  mereka.

Namun apa yang terjadi, kita kalah jauh dengan negara kecil seperti Singapura. Kita masih jauh tertinggal baik dalam hal pendidikan dan kesejahteraan dan kesehatan. Mereka menjadi negara maju dan memiliki pengaruh yang kuat.

Indonesia akan menyentuh umur 100 tahun pada 2045 mendatang. Dan Indonesia Emas 2045 menjadi impian besar untuk membentuk Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Untuk menyambut itu, di periode pemerintahannya Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin memiliki komitmen yang kuat lebih mengedepankan pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah benar pembangunan inilah yang akan mendapatkan porsi yang besar? Penulis merasa ini belum terlihat. Dan pemerintah juga terlihat kurang serius. Pasalnya, jika dilihat anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan SDM masih terbilang sedikit. Bahkan, yang sama-sama kita rasakan bersama pemerintah lebih mengedepankan pembangunan-pembangunan berupa infrastruk- apalagi pemindahan Ibu Kota Negara akan segera dijalankan, bisa jadi energi dan anggaran akan terkuras untuk mewujudkan rencana pemerintah yang terlihat terburu-buru ingin memindahkan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Belum lagi untuk menyambut Indonesia Emas 2045, kita masih terkendala dan terjebak dari masalah-masalah mendasar yang ada di tanah air. Misalnya korupsi dan kemiskinan. Jika ini belum teratasi mana mungkin pembangunan SDM yang berkualitas akan terwujud. Sedangkankan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 berada pada kualitas SDM. Bisa jadi impian yang hanya sekadar mimpi.

Fokus Pembangunan SDM

Seperti yang disampaikan di atas Indonesia Emas 2045 akan terwujud jika sumber daya manusia Indonesia berkualitas. Jika bercermin dari data yang dirilis WHO-UNICEF pemerintah harus benar-benar serius dan bekerja keras. Jika hanya sekadar omongan tanpa ada niat yang tulus dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap kesejahteraan dan kesehatan anak, maka bisa jadi Indonesia akan semakin jauh tertinggal.

Apabila jujur, sebenarnya pemerintah juga sudah merasakan  hal yang sama, bahwa bahwa saat ini Indonesia menghadapi persoalan kondisi kesehatan anak. Misalnya masalah stunting, seperti yang disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pemerintah memiliki target yang sangat emosial ingin menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada tahun 20204.

Wapres mengatakan untuk menurunkan angka stunting sesuai target tersebut tidak perkara mudah. Maka itu pemerintah pusat hingga desa harus bekerjasama. Dan melalui dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah pusat  sebagai salah satu jalan untuk mencapai target tersebut.

Tidak hanya stunting, masalah pendidikan juga masih menjadi persoalan penting bangsa ini. Pemerataan kualitas pendidikan juga belum merata dari Sabang sampai Marauke. Masih banyak anak-anak Indonesia yang berada di pelosok-pelosok negeri, bahkan di dekat pusat pemerintahan belum  bisa menikmati pendidikan yang layak dan berkualitas. Terlebih angka putus sekolah juga masih ada. Ini terjadi karena mereka dihadapkan dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak beruntung.

Fokus pembangunan sumber daya manusia tidak hanya masalah pendidikan saja. Namun harus menghadirkan generasi bangsa yang memiliki kondisi fisik yang sehat dan kuat baik secara fisik maupun mental.

Untuk mencetak generasi seperti itu maka pemenuhan makanan yang sehat dan bergizi harus dilakukan. Jika keluarga masih miskin bagaimana mungkin mampu memberikan asupan gizi yang baik untuk anak- anak mereka. Belum lagi, dengan kondisi ekonomi yang masih jauh dari kata sejahtera bagaimana bisa menghadirkan lingkungan keluarga yang nyaman,  sehingga anak-anak bisa mendapatkan ketenangan saat bersama keluarga.

Jika ini masih dialami anak-anak Indonesia, maka sangat sulit menyambut usia kemerdekaan yang ke-100 tahun  kondisi anak-anak Indonesia akan jauh lebih baik dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Jangan sampai upaya pembangunan sumber daya manusia hanya sekadar omongan tanpa tindakan nyata yang dibuktikan dengan kebijakan-kebijakan yang akan mengarah pada tujuan tersebut.

Korupsi Musuh Yang Mematikan

Tertinggal nya bangsa Indonesia dibanding dengan  bangsa-bangsa lain, menurut penulis karena karena faktor korupsi. Jika korupsi masih tumbuh subur di bangsa ini, bahkan terlihat dan terasa mendapatkan perlindungan ini sangat mengerikan.

Sebab korupsi sesungguhnya musuh yang akan mematikan bangsa ini. Mengapa demikian? Karena uang negara yang seharusnya untuk mencerdaskan dan menyehatkan anak-anak bangsa justru dinikmati oleh segelintir orang. Dan kemiskinan yang masih menjadi persoalan penting bangsa ini masih tumbuh subur karena ulah para koruptor.

Jika saja uang-uang yang mereka korupsi yang angkanya sangat fantastik hingga puluhan triliun rupiah ini digunakan sebagaimana diamanatkan  oleh UUD 1945 maka tidak ada lagi cerita anak Indonesia kurang gizi, anak Indonesia putus sekolah dan tidak ada ceritanya angka kemiskinan yang semakin tinggi.

Berdasarkan rilis Bank Dunia yang bertajuk “Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class” (30/1) lalu menyatakan bahwa sebanyak 115 juta penduduk Indonesia rentan miskin. Ini harus menjadi peringatan bagi pemerintah saat ini. Maka itu harus segera menyiapkan kebijakan-kebijakan yang benar-benar pro terhadap rakyat kecil.

Meskipun korupsi sudah jelas menjadi musuh yang mematikan bangsa ini, namun terlihat pemerintah kurang berani untuk memberantas nya   Dan justru yang terlihat pemerintah semakin berdamai dengan para koruptor- seperti yang kita rasakan sekarang dari revisi UU KPK sampai terpilihnya ketua KPK  saat ini,  keseriusan pemberantasan korupsi semakin jauh dari harapan.

Kasus-kasus terbaru yang publik bisa rasakan- seperti Harun Masiku dan Nurhadi yang buron hingga saat ini belum tertangkap. Belum lagi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghentikan 36 perkara dugaan korupsi yang masih berada di tahap penyidikan. Ini menjadi tanda tanya besar rakyat Indonesia, apa benar pemerintah serius memberantas korupsi?.  

Sebagai anak bangsa saya tetap optimis. Masa depan anak-anak Indonesia akan gemilang- dan bisa mengejar ketertinggalannya  dengan bangsa-bangsa lain. Tapi, tentunya rasa optimis tersebut akan pudar jika pemerintah tidak memiliki upaya serius untuk menghadirkan dan mencetak genarasi bangsa yang unggul. Tentunya ini akan selesai dengan membuat kebijakan yang bermuara pada tujuan bangsa Indonesia, bukan hanya berhenti dalam omongan dan rencana-rencana. [*]

 * Amir Fiqi

Penulis merupakan pemerhati sosial dan aktivis Pemuda Muhammadiyah

Tags
SHARE