SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - Berbicara mengenai problema bangsa dalam pendidikan maka hal pertama yang dikonseptualkan adalah terkait dengan persoalan krisis pendidikan yang terjadi di tengah-tengah negara Indonesia. Hal yang perlu kita ketahui bahwasaanya pendidikan di Indonesia tak bisa dipungkiri lagi dalam hal  fasilitas pembangunan. Meskipun fasilitas pembangunan di Indonesia begitu banyak, tapi dalam konteks pemerataan pembangunan pendidikan kurang kondusif di negara Indonesia itu sendiri.

Banyak masyarakat di Indonesia dari desa sampai kota masih dikatakan terlalu miskin dalam pengelolan pembanguan pendidikan. Pengelolaan yang dimaksud di sini adalah fasilitas pembangunan dalam mendukung pendidikan di setiap desa kurang merata dan pengelolaan sumber daya manusia dalam memenuhi konsep ilmu pengetahuan masih terlalu minim dan miskin. Hal ini di sebabkan karena kurang adanya perhatian pemerintah dalam menghadapi problem pendidikan saat ini. Sebab kalau di lihat dari konflik sosial program pemerintahan saat ini adalah lebih mementingakan pembanguan infrastruktur ekonomi dan industri.

Perlu diketahui lagi bahwasanya maju atau  mundurnya sebuah bangsa adalah kekuatan dasar dari pada pendidikan, sebab pendidikan merupakan dasar dari pada sebuah tubuh bangsa itu sendiri. Namun di sisi inilah pemerintah sangat lemah memahami soal problem yang terjadi pada pendidikan,  pemerintah saat ini memandang pendidkan hanya sebagai sebuah formalitas yang hanya dibangun untuk melahirkan generasi yang berijazah bukan generasi yang berintelektual.

Problem pendidikan yang sangat fatal saat ini di dunia perkampusan adalah di mana pendidikan telah menjadi ruang produksi yang melahirkan hukum yang membungkam suara para mahsiswa yang mau menyuarakan keadilan yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang terkait dengan tidak kondusifnya nilai pendidikan yang diterapkan melalui aturan yang berlaku di dunia kampus itu sendiri.

Maka dari itu mengenai persoalan problema pendidikan yang terjadi saat ini perlu adanya pembenahan dari pemerintahan dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan pendidikan agar lebih mengutamakan pendidikan dari pada pembangunan infrastruktur yang kadang kalah merugikan masyarakat Indonesia.

Pendidikan saat ini lebih diarahkan pada pola pendidikan yang lebih moderen, di mana anak  tidak perlu lagi belajar di ruangan, mereka bisa belajar di mana saja mereka mau, si Anak tidak perlu lagi membawa buku-buku yang memberatkan,  mereka cukup membawa smartphone, karena buku sudah dalam bentuk e-book;  dan yang lebih menarik lagi si Anak tidak perlu lagi membayar sekolah yang sangat mahal, sehingga uang pendidikan mereka bisa dialihkan pada pengeluaran lain yang lebih bermanfaat.

Anak-anak pelajar ini akan sangat dimanjakan oleh teknologi, khususnya dalam bidang pendidikan. Maka, suka atau tidak suka, pemerintah dan aparaturnya harus mendukung hal tersebut.

Selain pemerintah, sekolah-sekolah yang masih bertahan juga harus mendukung hal tersebut. Namun dalam sisi lain pendidikan berbasis teknologi ini juga berpengaruh pada efektifitas belajar anak yang mana  menimbulkan dampak negatif yang terjadi pada karakter anak tersebut. Akan lebih berdampak buruk jika anak-anak diteruskan melakukan pembelajaran melalui teknologi, sebab kontekstual nilai pada karakter anak itu sendiri perlahan-lahan dibunuh oleh teknologi itu sendiri. Dari situlah perlu adanya revolusi mental pada anak agar selalu belajar yang lebih efektif dalam menggunakan teknologi yang saat ini telah membias di masyarakat. [**]

Oleh: Inas Majidah Lailul Arifah
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)


Tags
SHARE