SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Indonesia merupakan produsen beras terbesar ketiga di dunia dan beras merupakan makanan pokok di negara ini. Namun, masyarakat menghadapi kesulitan akibat melonjaknya harga beras dalam beberapa bulan terakhir.

Hingga Rabu (27/3), media setempat melaporkan bahwa harga beras di beberapa wilayah di tanah air masih meroket, berkisar antara Rp12.000 hingga Rp17.000 per kilogram (kg), yang merupakan harga tertinggi dalam sejarah. Harga normal rata-rata seharusnya berkisar Rp9.000.

Pendapatan penjual beras di pasar tradisional dilaporkan menurun, sementara restoran mengungkapkan bahwa mereka harus mengurangi porsi yang disajikan kepada pelanggan karena mereka tidak bisa menaikkan harga makanan begitu saja. Melonjaknya harga beras kabarnya juga memicu kenaikan harga bahan pokok lainnya, seperti bawang merah dan cabai.

Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (INKOPAS) Ngadiran mengatakan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi sejak empat bulan lalu membuat banyak rumah tangga membeli porsi beras lebih sedikit dibandingkan biasanya pada hari-hari biasa.

Fluktuasi harga bahan pokok merupakan hal yang wajar terjadi, namun kenaikan ini paling tidak terduga, tidak ada faktor yang jelas, ujarnya.

Pemerintah membeberkan beberapa faktor penyebab melonjaknya harga beras. Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo mengatakan produksi beras nasional berkurang akibat gagal panen yang dipicu oleh perubahan iklim ekstrem.

"Ada yang namanya perubahan cuaca ekstrem yang mengganggu panen dan kemudian menurunkan produksi sehingga membuat harga naik. Kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh negara di dunia," kata presiden yang akrab disapa Jokowi itu baru-baru ini.

Menurut Badan Pangan Nasional, Indonesia membutuhkan setidaknya 5 juta ton beras untuk periode Januari-Februari atau 2,5 juta ton setiap bulannya. Namun, negara tersebut hanya mampu memproduksi 900.000 ton pada Januari dan 1,3 juta ton pada Februari.

Presiden Jokowi menegaskan, sebagai salah satu solusi agar pangan pokok dapat diakses, pemerintah telah menyalurkan bantuan beras bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan menyediakan 10 kg beras setiap bulannya.

Media setempat memberitakan bahwa ratusan masyarakat di berbagai daerah rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan beras yang disediakan pemerintah melalui operasi pasar.

Kantor Staf Kepresidenan RI pada Senin (25/3) mengungkapkan bahwa harga beras kemungkinan tidak akan turun dalam waktu dekat karena permintaan pangan selama musim Idul Fitri sangat tinggi. Dirinya menambahkan bahwa faktor lain yang berkontribusi terhadap melonjaknya harga adalah kenaikan biaya tenaga kerja, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri dan musim liburan.

Idul Fitri, yang dirayakan oleh umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa, adalah salah satu perayaan yang paling dinantikan umat Islam. Peraturan di Indonesia juga mewajibkan pengusaha untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri kepada seluruh karyawannya.

Sesuai tradisi, setiap Hari Raya Idul Fitri, keluarga akan berkumpul untuk merayakan bersama-sama dan menyajikan banyak hidangan khas Idul Fitri. Ketupat, yang terbuat dari nasi yang dikemas di dalam daun kelapa muda atau daun palem yang dianyam berbentuk wajik, merupakan salah satu hidangan yang wajib disuguhkan di Idul Fitri.

Pengamat pertanian Bustanul Arifin dari Universitas Lampung di Pulau Sumatra memperkirakan bahwa kenaikan harga kemungkinan akan berlangsung hingga musim panen pada April 2024.

Tags
SHARE