SHARE

Ilustrasi (Net)

CARAPANDANG.COM - Oleh Amir Fiqi, Wartawan dan Pemerhati Sosial

Mural atau lukisan dinding karya seniman jalanan akhir-akhir menjadi perbincangan hangat. Pasalnya, karya para seniman jalanan yang bernada kritikan terhadap pemerintah itu dalam hitungan jam dihapus.

Aksi penghapusan mural tersebut ternyata tidak meredam semangat mereka untuk terus mengekspresikan keresahan mereka. Mati satu tumbuh seribu,  satu mural dihapus, muncul mural-mural baru.

Seperti saat mural “Kami Lapar Tuhan” di Kebun Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat dihapus, muncul mural baru yang diduga memuat gambar Presiden Joko Widodo muncul di Jalan Kebaguran Raya, Pasar Minggu Jakarta Selatan.  Hal yang sama juga terjadi di Karawang, Jawa Barat, saat mural berbunyi “Pemerintah Kami Kelaparan Not Found” dihapus, muncul mural baru dengan kalimat “Jangan Panik Ini Cuman Mural”. Dan ini tidak hanya terjadi di Jakarta dan Karawang, tapi terjadi di berbagai tempat di Tanah Air.

Penghapusan mural bernada kritikan terhadap pemerintah berujung pada munculnya “perlawanan” dari para seniman jalanan di Tanah Air. Seperti dilakukan oleh Gejayan Memanggil yang mengundang para seniman di Tanah Air untuk mengikuti ‘Lomba Mural Dibungkam’. Lomba tersebut diadakan sebagai perlawan atas tindakan aparat kepolisian atau pemerintah daerah yang belakangan ini kerap menghapus mural bernada kritikan.

Kritik yang pedas juga dilontarkan oleh seniman visual, Anagard yang mengatakan bahwa Indonesia belum merdeka jika bersuara maupun mengkritik lewat media seni pun masih dibungkam. “Gimana mau sebut merdeka, bersuara dalam kesenian saja dibungkam. Padahal seni adalah ekspresi yang halys dalam mengekspresikan pendepat”.  (detikcom).

Halaman :
Tags
SHARE