SHARE

istimewa

Permodalan BNI saat ini sudah dalam posisi yang relatif solid dibanding akhir tahun lalu. Rasio kecukupan modal BBNI hingga Semester I 2021 masih terjaga dengan CAR 18 persen di atas ketentuan minimum 12 persen.

Untuk mengakuisisi suatu bank dengan biaya Rp 2 triliun-Rp3 triliun seharusnya bukanlah hal yang harus dikhawatirkan oleh BBNI. Ditambah lagi dengan penguatan modal yang telah dilakukan BBNI melalui penerbitan global bond pada tahun ini.

Di sisi lain kinerja keuangan BBNI juga menunjukkan adanya perbaikan. Berdasarkan laporan keuangan interim auditan perseroan per Juni 2021, laba bersih BBNI naik 12,8 persen year on year (yoy) menjadi Rp 5,03 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga maupun non-bunga lebih dari 15 persen yoy. Total dana murah (CASA) BBNI konsolidasian juga meningkat dobel digit hingga 11,5 persen yoy, seiring deposito yang menurun 8,7 persen yoy.

Tren kenaikan CASA di tengah penurunan deposito membuat biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang dikeluarkan oleh BBNI menjadi turun 1,2 poin persentase. Hal inilah yang menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan mampu naik 0,4 poin persentase.

Apabila dilihat dari kualitas asetnya, memang ada peningkatan rasio kredit macet (NPL) hingga Semester I tahun ini. Namun demikian rasio Loan at Risk (LaR) BBNI mencatatkan penurunan sebesar 2,2 poin persentase.

Dengan adanya pencadangan yang mencukupi dan NPL coverage ratio hingga 215 persen, maka NPL masih cenderung manageable.

Dari sisi aset penyaluran kredit BBNI juga mencatatkan pertumbuhan yang positif. Penyaluran kredit BBNI hingga paruh pertama tahun ini tumbuh 4,5 persen yoy di tengah pertumbuhan kredit industri perbankan yang cenderung terkontraksi hingga Juni 2021.

Adanya rencana untuk mengakuisisi bank, upaya memperkuat permodalan dengan risiko yang terkalkukasi secara cermat, dan perbaikan kinerja keuangan yang signifikan menjadi katalis positif untuk harga saham BBNI.

Halaman :
Tags
SHARE