SHARE

istimewa

Adib mengatakan pencapaian dosis booster yang belum menyeluruh di kalangan dokter salah satunya dipicu anggapan bahwa mereka yang telah terinfeksi COVID-19 memiliki imunitas alami yang bisa memberikan perlindungan.

Selain itu, kata Adib, ada beberapa dokter yang kini tidak bisa menjalani vaksinasi COVID-19 booster karena mengalami komorbid.

"Pada dasarnya cakupan vaksinasi booster di kalangan nakes, kita katakan sebagian besar sudah vaksinasi booster dosis pertama," katanya.

Dilansir dari laman laman Pusara Digital Tenaga Kesehatan/Lapor COVID-19 hari ini, total 2.087 jiwa tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia gugur saat melawan COVID-19. Jumlah tersebut belum termasuk 386 jiwa nakes lainnya yang belum diketahui tanggal wafatnya.

Profesi dokter yang gugur akibat COVID-19 menempati grafik tertinggi, disusul perawat 670 jiwa, bidan 398 jiwa, lain-lain 80 jiwa, sedangkan sisanya adalah ahli teknologi laboratorium medik, apoteker, dokter gigi, rekam radiologi, terapis gigi, sanitarian, tenaga farmasi, petugas ambulan, elektromedik, epidemiologi, entomolog hingga fisikawan medik.

Tren peningkatan jumlah nakes yang gugur dimulai pada kurun Maret-Mei 2020 mencapai 36 kasus, lalu meningkat ke angka 165 kasus pada Januari 2021 dan memuncak ke angka 502 kasus pada kurun Juli 2022 atau bertepatan dengan wabah SARS-CoV-2 jenis mutasi Delta.

Jumlah nakes yang gugur didominasi wilayah kerja Jawa Timur mencapai 646 jiwa, Jawa Barat 225 jiwa, DKI Jakarta 194 kasus, dan Jawa Tengah 193 kasus. Sisanya tersebar di Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Kalimantan Selatan, Lampung, Aceh, dan Yogyakarta berkisar puluhan kasus.

 

Halaman :
Tags
SHARE