SHARE

Istimewa

Budi melaporkan hasil analisa Kementerian Kesehatan pada pengeluaran belanja kesehatan di sejumlah negara.

"Kalau kita lihat belanja seluruh rakyat Indonesia, itu masih banyak terkonsentrasi di rumah sakit dan seperti kita ketahui belanja disisi kuratif itu jauh lebih mahal dan lebih tidak efektif dibandingkan dengan belanja di sisi promotif dan preventif," katanya.

Salah satu contohnya seperti belanja pemerintah sepanjang pandemi COVID-19 melanda Tanah Air. "Kalau kita promotif preventif menjaga agar kita tetap sehat, kita cukup beli masker, vitamin C, vitamin D dan kalau ada zinc sedikit dan sepatu olahraga agar hidup kita sehat," katanya.

Menurut Budi pengeluaran untuk kebutuhan harian perorangan tersebut mungkin tidak sampai Rp1 juta dalam sebulan untuk membuat kondisi seseorang tetap sehat dan tidak terkena COVID-19.

"Tapi kalau kita ingin menyembuhkan dari COVID-19, tindakan kuratif dari COVID-19 kalau sudah kena, kalau ringan setidaknya masuk rumah sakit pakai (obat terapi) remdesivir sudah puluhan juta. Kalau lebih parah lagi butuh Actemra bisa butuh ratusan juta," katanya.

Menurut Budi intervensi kesehatan pada sektor promotif dan preventif akan jauh lebih murah, bahkan dapat membuat rakyat menjadi lebih nyaman.

"Karena sebagus apapun kamar rumah sakit, ya orang lebih senang tinggal di rumah. Itu yang belum kelihatan dari belanja kesehatan di pemerintah di negara kita," katanya.
 

Halaman :