SHARE

Istimewa

Studi ini menunjukan sebanyak 40 persen pasien bisa berobat 4 bulan sekali, dan 60 persen lainnya 3 bulan sekali. Sebelumnya, pasien harus datang untuk perawatan wetAMD setiap 2 bulan sekali.

Gitalisa berharap, dengan interval terapi lebih lama, terlebih dalam masa pandemi COVID-19 saat ini, jumlah kunjungan dan beban ekonomi pasien dapat berkurang.

Terapi Aflibercept intravitreal dikatakan efektif pada satu sub-tipe AMD tipe basah yaitu Polypoidal Choroidal Vasculopathy (PCV), yang paling sering terjadi pada ras Asia sehingga disebut “Asian AMD”. Sekitar 25 – 50 persen pasien Asia dengan AMD juga memiliki PCV.

Pada masa pandemi saat ini, pasien khususnya AMD tipe basah diharapkan tak lagi khawatir menjalani pengobatan di rumah sakit.

Lebih lanjut, khusus mereka yang tak mengalami AMD atau kondisi gangguan penglihatan lainnya, sesuai imbauan pada Hari Penglihatan Sedunia 2021, Gitalisa mengingatkan agar tak lupa melakukan pemeriksaan mata minimal sekali dalam setahun, terutama ketika mulai menginjak usia 40 tahun, serta mendeteksi berbagai gangguan mata degeneratif termasuk AMD.

Dalam rangka mendukung deteksi dan pengobatan berbagai penyakit mata, PERDAMI berpartisipasi menyelenggarakan forum update pengetahuan dan pelatihan secara berkelanjutan ppada dokter spesialis mata.

Mereka juga menggandeng perusahaan di bidang life science terkait kesehatan dan pertanian untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien dan keluarganya dalam menangani AMD.

Head of Medical Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia, Dr. Dewi Muliatin Santoso meyakini kolaborasi dan kerja sama dengan PERDAMI merupakan langkah penting dalam menangani penyakit AMD yang menurut dia mempengaruhi kehidupan kualitas hidup hingga beban ekonomi masyarakat.

 

Halaman :